Friday, March 19, 2010

RINTIHAN DARI KUBURAN 5

Kuburan seorang lelaki yg malang dan miskin, tangannya dibuat lemah oleh kerja keras di kebun biara. Biarawan membuangnya, krn tangannya telah digantikan oleh org lain. Dia mencari kerja untuk sekerat roti untuk anak2nya tapi dia tak mendapatkan pekerjaan. Lalu dia memohon untuk itu tp tak diberi. Ketika kesakitan mengendalikan dirinya untuk mengambil kembali sedikit biji padi2an yg dikumpulkan oleh kerja kerasnya dan peluh dari keningnya, mrk menangkap dan menyerangnya. Istrinya menegakkan sebuah salib di atas kuburannya. Itu akan menjadi saksi di dlm keheningan malam di bawah bintang gemintang atas tirani para biarawan. Mrk telah mengubah ajaran Orang Nazareth menjadi pedang2 yg menyayat leher, pinggir2nya yg tajam memotong tubuh si miskin dan lemah.
Setelah itu sang surya menghilang ke dlm senja, seolah dia letih merawat manusia dan benci akan penindasannya. Sang malam mulai menenun kerudung yg lembut dari benang2 kegelapan dan kebisuan dan menebarkannya di atas tubuh alam. Kuangkat mataku ke zenith langit dan mengulurkan tanganku ke arah kuburan2 itu dan lambang2 di atasnya. Dengan suaraku yg paling nyaring aku berteriak, 'Inilah pedangmu, wahai keberanian. Pedang itu tersarung dlm debu. Inilah bunga2mu, wahai cinta. Api telah membakar mereka. Inilah salibmu, wahai Yesus dari Nazareth. Kegelapan malam telah menutupinya!.

RINTIHAN DARI KUBURAN 4

Satu jam kemudian seorang perempuan muncul, tubuhnya lemah dan berpakaian compang camping. Dia berdiri dekat lelaki yg tergantung itu, sambil memukuli dadanya dan meratap. Lalu dia memanjat pohon itu dan memutuskan tali dgn giginya. Lelaki yg mati itu jatuh ke bumi spt pakaian basah. Perempuan itu turun, menggali sebuah lubang kuburan di dekat dua kuburan yg lain, dan menempatkannya di dlmnya. Setelah dia menutupinya dgn debu, dia mengambil dua potong kayu, membuat sebuah salib darinya, dan memancangkannya pd bagian kepala kuburan itu. Ketika dia berbalik untuk kembali ke jurusan dia datang, aku menghentikannya dan berkata, 'Wahai perempuan, apa yg kau harapkan dgn datang untuk mengubur seorang pencuri dan maling yg membongkar rumah?'
Dia memandangku dgn mata dibayangi oleh kesedihan mendalam dan siksaan, 'Dia suamiku yg baik, sahabatku terkasih, dan ayah anak2ku-lima anak, yg sedang menggeliat dgn kelaparan, yg tertua dari mrk delapan tahun dan yg termuda msh menyusui dan blm disapih. Suamiku bukan pencuri. Dia seorang petani yg mengerjakan tanah biara, tp dia tak menarik keuntungan dari itu, krn para biarawan hanya memberinya setangkup roti, yg kami bagi di malam hari, dan tak ada potongan darinya yg tersisa di pagi hari.
'Sejak masa dia anak2, dia menyiram kebun biara dgn peluh dari keningnya dan menanaminya dgn kekuatan tangannya di kebun buah2annya. Ketika dia melemah dan tahun2 kerja keras mencuri tenaganya dan penyakit menyerang tubuhnya, mrk membuangnya, sambil berujar, 'Biara tak memerlukanmu lagi. Sekarang pergilah, dan ketika anakmu dewasa, kirimlah dia kpd kami untuk mengisi tempatmu di kebun itu. 'Dia meratap dan membuatku meratap. Dia memohon atas nama Yesus. Dia meminta dgn sangat kpd mrk melalui malaikat dan org suci, tp mrk tak memiliki rasa belas kasihan pdnya dan tak menunjukkan pdnya atau pdku atau pd anak2 kami yg telanjang dan lapar. Maka dia pergi jauh dan mencari kerja di kota. Dia kembali ditolak, krn penghuni istana2 itu hanya ingin memperkerjakan pemuda2 yg kuat. Lalu dia duduk di tengah jalan sambil mengemis, tp org2 tdk beranggapan baik terhadapnya, kecuali hanya melintas dan berkata, Tak ada kewajiban menyumbang untuk memberi kpd org yg apatis dan malas.'
'Suatu malam ketika dia telah menjadi begitu melarat krn anak2 kami terbaring begitu lemah krn lapar untuk bergerak dan bayi itu menetek pd dadaku tp tak mendapat susu, roman muka suamiku berubah. Dia merangkak ke luar dari rumah di dlm gelap dan memasuki salah satu kubah biara tempat para biarawan menyimpan biji padi2an dari kebun dan anggur dari kebun anggur. Dia tempatkan sebuah keranjang tepung di punggungnya dan mulai kembali kpd kami. Dia baru pergi beberapa langkah ketika para pendeta itu bangun dari tidurnya dan menangkapnya, menuangkan siksaan di atas tubuhnya, baik kata2 maupun pukulan. Ketika pagi hari tiba, mrk menyerahkannya kpd tentara, seraya berkata, 'Dia pencuri jahat yg datang untuk mencuri bejana emas dari biara. 'Tentara itu membawanya ke penjara dan kemudian menggantungnya untuk sekawanan burung hering yg memenuhi perutnya dgn dagingnya hanya krn dia mencuri untuk mengisi perut anak2nya yg lapar dari kelimpahan biji padi2an yg dia panen dgn kerja kerasnya ketika dia masih menjadi seorang pelayan biara.'
Perempuan malang itu pergi. Dari kata2nya yg sangat menyedihkan hantu2 yg tak bahagia bangkit dan terbang dgn cepat ke semua jarusan, bagai tiang2 asap ditiup oleh angin.
Aku berdiri di dekat tiga kuburan itu seperti seorang yg fasih bicara kehilangan kata2, dilanda bisu oleh kepedihan, airmata mengalir memberi suaranya kpd perasaan. Aku mencoba berfikir dan merenungkan, tp jiwa tak mematuhiku, krn jiwa adalah sekuntum bunga yg menguncupkan daun2 bunganya untuk dirinya sendiri saat kegelapan datang, tdk memberikan nafasnya untuk hantu2 malam hari.
Ketika aku berdiri di sana, sebuah tangisan penindasan mengalir keluar dari biji padi2an bumi dari kuburan2 itu bagai kabut mengalir dari mulut lembah. Dia bergema dlm telingaku dan mengilhami kata2ku.
Aku berdiri diam . Seandainya org bisa memahami apa yg dituturkan keheningan, mrk akan menjadi lebih dekat dgn dewa2 dan lebih jauh dari hewan buas yg tamak di hutan.
Aku berdiri sambil mendesah. Nyala desahanku menyentuh mrk, pepohonan di kebun itu bergerak dgn tiba2, meninggalkan tempatnya, dan berbaris dlm batalyon2 untuk bertempur dgn cabang2 melawan Emir dan tentaranya. Batang2 pohonnya merubuhkan dinding2 biara di atas kepala para biarawan.
Aku berdiri sambil memandang, memandang ke dalam kemanisan rasa belas kasihan dan kegetiran kesedihan yg mengalir keluar di atas kuburan2 baru itu. Kuburan seorang pemuda yg membayar hidupnya demi mempertahankan kehormatan si lemah dan gadis suci serta menyelamatkan dirinya dari cakar2 serigala yg amat rakus. Mrk memenggal kepalanya untuk membalas dirinya krn keberaniannya. Gadis yg menyarungkan pedangnya di dlm debu kuburannya sehingga pedang itu tinggal sebagai tanda yg berbicara terus terang di bawah matahari mengenai nasib kejantanan di suatu negeri tempat ketidakadilan dan kebodohan berkuasa.
Kuburan seorang dara. Cinta menyentuh jiwanya, tp tubuhnya merupakan subyek hawa nafsu org lain. Dia dilempari batu krn hatinya tetap setia sampai mati. Kekasihnya membuat sebuah buket dari bunga2 liar untuk diletakkan di atas tubuhnya yg mati. Ketika mrk layu dan memudar, mrk akan mengisahkan jiwa2 yg disucikan oleh cinta dan nasib mrk pd tangan org yg dikuasai oleh benda dan dilanda kebisuan krn kebodohan.
Kuburan ,,, bersambung

Sunday, March 14, 2010

RINTIHAN DARI KUBURAN 3

Dia membelai rambutnya yg ikal dgn ujung2 jarinya dan tersedu2 di kedalaman hatinya. Ketika dia merasa letih meratap dan bersedih hati, dgn tergesa2 dia mulai menggali tanah dgn tangannya. Ketika dia sudah menggali cukup dalam, dia menarik kepala pemuda itu ke arahnya dan dgn perlahan meletakkannya di sana,menempatkan kepalanya yg berlumuran darah di antara tangannya. Setelah dia menutupi dgn tanah, dia menancapkan pd kepala kuburannya pedang tajam yg telah memenggal kepala pemuda itu.
Tatkala dia bergerak meninggalkan kuburan itu, aku mendekatinya. Dia melirik, bergetar dlm ketakutan, lalu berdiri dgn kepala tertunduk, airmata yg hangat tumpah dari matanya. Dgn berbisik dia berkata, 'Laporkanlah aku kpd Emir jika kau mau. Itu lebih baik bagiku untuk mati dan bersatu dgn seseorang yg membebasanku dgn tangan rasa malu drpd membiarkan jasatnya jadi santapan burung hering dan hewan liar.'
Aku membalas, 'Kau tak perlu takut pdku, perempuan malang, krn aku menyesali nasib pemudamu di hadapanmu. Lebih baik, ceritakan pdku bagaimana dia menyelamatkan engkau dari tangan rasa malu.'
Dia berkata, dgn suara tercekik, 'Petugas Emir mendatangi kebun kami untuk mengumpulkan panen dan pajak. Ketika dia melihatku, dia memandangku dgn kepuasan tersembunyi dan memungut pajak atas kebun ayahku begitu besar, yg org kaya pun tak sanggup membayarnya. Dia menangkapku untuk membawaku ke istana Emir di tempat emas. Dgn air mata aku memohon belas kasihan tp dia tak memperdulikanku. Aku membela bahwa ayahku sdh uzur, tp dia tak punya rasa belas kasihan. Akhirnya aku berteriak minta tolong kpd org kampung. Pemuda ini tunanganku, datang dan menyelamatkanku dari tangannya yg kejam. Petugas itu menyala dgn kemarahan dan menyerangnya. Pemuda itu berlari lebih cepat darinya dan menangkap dgn cepat sebilah pedang tua yg tergantung di dinding. Dia menabrak petugas itu empertahankan hidupnya sendiri dan kehormatanku. Sebagai seorang lelaki yg jujur, dia tdk melarikan diri spt seorang pembunuh tetapi menunggu, berdiri dekat jasat pemuda itu sampai tentara datang dan membawanya ke penjara yg berjeruji besi.'
Ketika dia mengatakan ini, dia memandangku dgn ekspresi yg meluluhkan hati, lalu berbalik menjauh dan terburu2, gema dari tangisan kepedihannya yg mendalam membuat ether bergetar dan terguncang.
Sejurus kemudian kulihat seorang pemuda di musim semi hidupnya menghampiri, wajahnya disembunyikan dlm jubahnya. Ketika dia mencapai jasat perempuan pezina itu, dia berhenti, melepaskan jubahnya, dan menutupi anggota badan perempuan yg telanjang itu dgn jubah itu. Dia mulai menggali kuburan dgn sebilah pisau yg ia bawa. Lalu dgn perlahan dia tempatkan tubuhnya di lubang itu, melimpahkan debu di atas tubuh perempuan itu untuk menyembunyikannya, setiap genggam bercampur dgn airmata yg berlinang dari bulu matanya. Ketika dia menyelesaikan tugasnya, dia memetik beberapa kuntum bunga yg tumbuh di sana dan menatanya dgn hati2 di atas kuburan itu. Saat dia mulai bergerak untuk meninggalkan, aku menahannya dan berkata, 'Apakah hubungan perempuan yg gugur ini dgn dirimu, sehingga engkau berani menentang keinginan Emir dan membahayakan hidupmu demi melindungi jasadnya yg hancur krn cabikan burung hering?'
Dia memandangku, kelopak matanya membengkak krn ratapan dan kurang tidur, menuturkan kedalaman kesedihannya dan cinta yg tersiksa. Dgn suara tertahan yg berbaur dgn desahan kesakitan, dia berkata, 'Aku lelaki sial yg menyebabkan dia dilempari batu. Aku mencintainya dan dia mencintaiku sejak kami tumbuh dewasa, cinta tumbuh di antara kami sampai sang cinta menjadi kemutlakan yg senantiasa kami layani dgn kasih sayang sepasang hati kami. Cinta menarik kami kpdnya dan memuliakannya dgn jiwa kami yg paling dalam, dan dia merangkul kami.
'Suatu hari ketika aku hrs pergi ke luar kota, ayahnya memaksanya untuk menikahi seorang lelaki yg dia benci. Ketika aku kembali dan mendengar berita ini, hari2ku berubah menjadi panjang dan malam2ku menjadi gelap gulita. Hidupku menjadi pergulatan yg getir dan berkepanjangan. Aku terus bergumul dgn kasih sayangku dan menentang kehendak hatiku sendiri, tp akhirnya mrk memaksaku sebagai org yg memandang aturan2 buta. Dgn diam2 aku mendatangi kekasihku, harapanku tak lebih drpd melihat cahaya matanya dan mendengar alunan suaranya. Kudapati dia sendirian, meratapi nasibnya dan hari2nya yg berkabung. Aku duduk bersamanya. Keheningan adalah percakapan kami dan kesucian adalah bahasa kami. Satu jam belum berlalu suaminya pulang dgn tak diduga2. Ketika melihatku, dia dipenuhi dgn pikiran2 kotor. Dia dgn tenang menangkap leher istrinya dgn tangannya yg kasar dan memekik dgn suara ternyaringnya, 'Lihatlah pezina dan kekasihnya!'
'Tetangga masuk menyerbu. Tentara datang untuk melihat apa yg terjadi, dan dia menyerahkan istrinya ke dlm tangan2 kasar mrk. Mrk membawanya, rambutnya terurai, pakaiannya tercabik2. Tapi terhadapku, tak seorangpun menyentuhku memperlakukan diriku dgn kejahatan apa pun, krn hukum yg buta dan adat yg tak adil menghukum perempuan kapan pun dia jatuh tapi sangat ramah kpd lelaki.'
Pemuda itu pergi kembali menuju kota, sambil menyembunyikan wajahnya dgn pakaiannya. Aku tetap di belakang, dgn tenggang hati dan sedih memandang mayat pencuri yg tergantung itu. Dia begerak2 sedikit krn angin mengusik cabang2 pohon, gerakannya sebuah permohonan kpd jiwa2 langit krn dia tewas dan terbaring di atas dada bumi berikutnya demi org yg membunuh demi kesatriaan dan martir cinta.
Satu jam kemudian seorang perempuan muncul, ,bersambung

Friday, March 12, 2010

RINTIHAN DARI KUBURAN 2

Aku berdiri seperti sebuah cermin yg ditempatkan di depan bentuk yg bergerak, merenungkan undang2 serta manusia yg menyusahkan manusia lain, mempertimbangkan dgn hati2 krn org2 berpendapat untuk bersifat adil, mempelajari misteri kehidupan, menyelidiki makna makhluk manusia. Di akhir pikiranku yg remang2, spt matahari tenggelam ke dlm kabut, maka kutinggalkan tempat itu, sambil berkata pd diriku sendiri, 'Rerumputan yg demikian di dlm unsur2 tanah, dan domba mengganyang rumput. Kawanan serigala memangsa domba, dan kawanan badak membunuh serigala itu. Singa memburu badak, dan kematian menghancurkan singa itu. Adakah di sana suatu kekuatan yg dpt mengalahkan kematian dan memutuskan rantai ketidakadilan ini menjadi keadilan yg kekal? Adakah di sana kekuatan yg dpt mengubah perkara yg menjijikkan ini menjadi dampak menarik? Adakah di sana kekuatan yg dpt menggenggam semua unsur kehidupan dan menyatukannya dgn dirinya sendiri kegembiraan, spt laut menyatukan semua sungai dlm nyanyian di kedalamannya? Adakah di sana kekuatan yg dpt membawa pembunuh dan korbannya, pezina dan kekasihnya, pencuri dan barang jarahannya ke dpn mahkamah yg lebih baik dan mulia dibanding keputusan Emir?.'
Esok harinya kutinggalkan kota dan pergi berjalan2 di dataran, sebuah tempat di mana nafas keheningan menenteramkan jiwa, di mana kemurnian udara membunuh kuman kesakitan, dan keputusasaan berbiak di jln2 sempit dan rumah2 gelap. Tatkala aku mencapai tepi lembah, kusaksikan sekawanan burung pemakan bangkai naik turun, memenuhi udara dgn jeritan dan bunyi ciutnya dan menggerisikkan sayap2nya. Aku pergi ke arahnya untuk menyelidiki. Kusaksikan mayat manusia tergantung di sebuah pohon tinggi, mayat seorang perempuan telanjang yg jatuh di atas bumi, dirajam hingga mati, dan mayat seorang pemuda, darahnya bercampur dgn debu, kepalanya yg putus tergeletak terpisah.
Aku berdiri di sana, merasa ngeri terhadap pemandangan yg mengaburkan pandanganku dgn selubung buram dan gelap. Tiada apapun yg dpt kulihat kecuali bayangan kematian yg mengerikan, berdiri di antara mayat2 yg diperciki oleh darah. Aku tak mendengar apapun kecuali ratapan perkabungan dari ketiadaan yg bercampur dgn keritan burung2 di atas mangsa yg diberikan kpd mrk oleh undang2 manusia.
Tiga anak Adam, yg kemarin memeluk dlm kehidupan, hari ini berada dlm cengkeraman kematian.
Tiga org yg, menurut adat istiadat manusia, keadilan yg melukai perasaan, dianggap sebagai para penjahat. Maka hukum yg buta telah mengulurkan tangan untuk meremukkan mrk tanpa belas kasihan.
Tiga org bodoh telah menjelma menjadi penjahat krn mrk lemah, maka hukum membunuh mrk krn dia kuat.
Manusia membunuh manusia lain, mk org pun berkata, 'Inilah seorang pembunuh yg jahat. 'Tatkala Emir membunuhnya, seorang berkata, 'Inilah Emir yg adil.
Seorang lelaki mencoba mencuri dari biara, dan org berkata, 'Dia pencuri yg jahat. 'Emir mencuri hidupnya, dan mrk berkata, 'Inilah Emir yg berbudi luhur.'
Seorang perempuan memberontaki suaminya, dan org berkata, 'Dia pelacur yg berzina . 'Tapi ketika Emir menelanjanginya dan melemparinya dgn batu sampai mati di hadapan saksi, mrk berkata, 'Dialah Emir yg berhati mulia.'
Menumpahkan darah adalah terlarang, tp mrk yg melakukannya untuk Emir diperkenankan?
Mencuri barang adalah kejahatan, tp Emir membuatnya suatu kebajikan dgn merampok org dari jiwa masyarakat?
Mengkhianati suami adalah tercela, tp yg melempari tubuhnya dgn batu patut dipuji?
Apakah kita mengganjar suatu dosa dgn dosa yg lebih besar dan berkata, 'Inikah Hukum Yg Suci? 'Apakah kita memberantas korupsi dgn korupsi yg lebih luas dan memekik, 'Inikah berhala itu? 'Apakah kita menentang kejahatan dgn kejahatan yg lebih serius dan meratap, 'Inikah Keadilan?'
Apakah emir tdk membunuh seorang musuh dlm kehidupannya? Apakah dia tdk mencuri uang atau tanah dari seseorang yg tunduk tak berdaya? Apakah dia tdk memperkosa seorang perempuan yg cantik? Apakah dia bebas dari dosa2 ini krn dia menghukum mati pembunuh, menggantung pencuri,dan membebani pezina dgn batu?
Siapakah mrk yg menggantung pencuri di pohon ini? Apakah mrk malaikat yg turun dari surga, atau apakah mrk hanya org yg menggelapkan dan mencuri apa pun yg dpt diraih tangannya?
Dan siapa yg memenggal kepala pembunuh ini? Apakah mrk Nabi2 yg turun dari ketinggian, atau apakah mrk hanya serdadu yg membunuh dan menumpahkan darah di mana pun mrk berperang?
Dan siapa yg melempari dgn batu pezina ini? Apakah mrk pertapa suci yg datang dari biaranya, atau apakah mrk hanya manusia dgn badan yg berbuat dosa dan melakukan keburukan di balik tirai malam yg tersembunyi?
Hukum yg suci apakah Hukum Suci ini? Siapa yg melihat dia turun bersama cahaya Matahari dari daerah2 terjauh di angkasa? Siapa makhluk berdaging yg melihat ke dlm hati Tuhan dan mempelajari iradatNya untuk manusia? Berapa lama malaikat harus berjalan di tengah manusia untuk mengatakan, 'Larang si lemah dari cahaya kehidupan, dan bunuh mrk yg mengecewakan dgn pinggir pedang, dan injak para pendosa yg blm bertobat?'
Pikiran2 semacam itu terus berdesak2an di dlm benakku dan berlomba2 mendapatkan simpatiku. Lalu kudengar suara langkah kaki mendekat. Kulihat seorang dara muncul dari tengah pepohonan dan dgn hati2 menghampiri tiga mayat itu, sambil melihat dgn takut ke segala jurusan. Ketika dia melihat kepala pemuda yg terpenggal, dia menjerit ketakutan. Dia bersimpuh di sampingnya dan mengambilnya dgn tangan yg gemetar. Airmata menitik dari matanya. Dia membelai rambutnya yg ikal dgn ujung2 jarinya ,,,bersambung

Wednesday, March 10, 2010

KARYA KAHLIL GIBRAN RINTIHAN DARI KUBURAN

Emir menaiki tahta keputusan. Orang bijak dari kotanya duduk di kanan kirinya, wajah2 mrk kusut memikirkan buku dan risalahnya. Bala tentara siap siaga di sekelilingnya, pedangnya ditarik dan tombak2 diangkat. Orang2 berdiri di hadapannya, beberapa datang dgn rasa ingin tahu menyaksikan, yg lain menunggu keputusan atas kejahatan seorang sanak saudara, tp semua menundukkan kepalanya dan menghindarkan pandangannya. Mrk menahan nafasnya seolah2 mata Emir memiliki kekuatan mencari teror di dlm jiwa dan hati mrk. Akhirnya, hadirin tumpah ruah dan saat keputusan tiba. Emir mengangkat tangannya dan berteriak, 'Bawa penjahat itu ke hadapanku, satu demi satu, dan katakan pdku kelakuan buruk dan pelanggarannya.'
Pintu penjara terbuka, menampakkan kesuraman dinding2 di dlmnya. Ia seperti seekor hewan buas yg sangat lapar menjulurkan leher ke bawah. Dari arah dlm terdengar belenggu dan rantai yg berderak2 dan jeritan2 kesakitan para tahanan. Para penonton beralih untuk melihat seolah2 di sekitar mrk melihat sasaran kematian muncul dari kedalaman kuburan.
Sejurus kemudian dua org tentara muncul dari penjara menggelandang seorang pemuda, tangannya dibelenggu. Wajahnya tdk bahagia dan roman mukanya menyiratkan penderitaan yg mendalam dari jiwa luhur dan hati yg berani. Mereka menempatkannya di tengah pengadilan dan melangkah sedikit ke belakang ke arah kerumunan. Emir memandangnya selama semenit , lalu bertanya, 'Apakah kejahatan org yg berdiri di hadapan kita ini dgn kepalanya yg tetap tinggi, seolah2 dia berada di suatu tempat terhormat, dan bukan di dermaga keadilan?'
Seorang pelayannya menjawabnya,'Dia seorang pembunuh jahat. Kemarin dia menentang seorang pejabat yg berkunjung ke desa2 mengenai urusan Emir. Dia menghempaskan pejabat itu ke tanah dan menggagahinya. Pedang menetes dgn darah org yg terbunuh masih di tangannya.'
Emir beranjak dari singgasananya dgn gusar. Matanya menyala dgn marah. Dia menjerit dgn suaranya yg paling nyaring, 'Kembalikan dia ke kegelapan dan beratkan tubuhnya dgn belenggu. Ketika fajar tiba esok hari, penggal kepalanya dgn pedang. Buang tubuhnya keluar kota agar dimakan oleh burung hering dan hewan liar. Biar angin membawa bau busuknya kpd keluarganya dan semua yg mungkin mencintainya.'
Pemuda itu digelandang kembali ke penjara, dan org2 melihatnya dgn kasihan dan keluhan mendalam, krn dia adalah anak muda di musim semi kehidupan, dan tubuhnya betul2 tampan.
Dua tentara itu menggelandang tahanan lain, kali ini seorang dara yg cantik. Sebuah selubung kabut dari penderitaan yg besar mengotori roman muka yg cerah dari parasnya. Matanya merah krn tangisan. Kesedihan dan penyesalan yg mendalam memberatkan lehernya.
Emir menatapnya dan berkata, 'Apakah kesalahan yg telah dilakukan perempuan kerempeng ini? Dia hampir tdk tegak di hadapanku dibanding bayangan di sampingnya.'
Salah seorang tentara itu menjawab, 'Dia seorang penzina. Suaminya memergoki secara tiba2 pd malam hari dan menemukannya dlm pelukan kekasihnya. Suaminya menyerahkannya kpd polisi, tp dilarikan temannya'.
Emir memandangnya. Kepalanya tertunduk dgn rasa malu. Bersama kekuatan dan kekerasan, maka Emir pun bicara, 'Telentangkan dia di atas karpet duri, sehingga dia bisa mengenang ranjang yg dia permalukan beserta pelanggarannya. Beri dia cuka dicampur dgn jamu pahit untuk diminum, untuk mengingatkan dirinya mengenai rasa bibir yg terlarang. Saat fajar tiba, bawa dirinya telanjang dari kota bersama batu nisannya. Tinggalkan dia di sana, sehingga dagingnya dapat memberi kenikmatan bagi kawanan serigala dan tulangnya dikerkah oleh kawanan belatung dan lalat!'
Perempuan itu menghilang ke belakang dlm kegelapan penjara. Para penonton memandangnya.. Kagum atas keadilan emir dan mengasihani kecantikan wajahnya yg dilanda duka dan matanya yg tak bahagia.
Kedua tentara itu muncul untuk ketiga kalinya sambil menyeret seorang lelaki yg lebih tua. Kakinya gemetar mengikuti di belakangnya sepanjang lantai, seperti dua carik yg sobek dari keliman bajunya. Dia memandang dgn gelisah ke semua jurusan, matanya dihantui penderitaan, kemiskinan, dan keadaan yg menyedihkan sekali.
Emir memandang pdnya, dan berkata dgn suara yg menjijikkan, 'Apakah kejahatan kotoran ini, yg berdiri laksana org mati di tengah2 org hidup?'
Salah seorang tentara itu menjawab, 'Dia tak lain seorang pencuri. Dia mendobrak gereja pd malam hari, tapi biarawan2 saleh menangkapnya. Di dlm bajunya mrk menemukan piala misa suci dari altar suci mrk.'
Emir menatapnya seperti seekor elang lapar menatap seekor merpati yg bersayap patah. Dia memekik, 'Bawa dia ke bawah dlm kegelapan dan ikat dia dgn besi. Saat fajar tiba, tahan dia pd sebuah pohon tinggi dan gantung dia dgn tali linen. Biarkan tubuhnya tergantung antara bumi dan langit. Cuaca akan menaburkan jari jemarinya yg mencuri dan angin akan merobek anggota tubuhnya menjadi kepingan2.'
Mereka membawa pencuri itu kembali ke penjara, dan org2 saling berbisik, 'Bagaimana mungkin pendosa lemah ini berani mencuri piala misa dari biara suci?'
Emir turun dari singgasana pengadilan, diikuti oleh org2 bijak dan para penasehat hukum. Para tentara itu berbaris di depan dan di belakangnya. Kerumunan penonton memencar. Arena dikosongkan dari semuanya, kecuali jeritan para tahanan, dan rintihan kesakitan yg mengibas bagai bayangan pd dinding.
Aku berdiri menyaksikan seperti sebuah cermin yg ditempatkan di depan bentuk yg bergerak, merenungkan undang2 serta manusia yg menyusahkan manusia lain, mempertimbangkan dgn hati2 ,,, bersambung

Monday, March 8, 2010

PRAHARA 5

Satu jam yg panjang melintas dlm pikiran dan pekikan pd prahara. Yusof el-Fakhri kadangkala berjalan hilir mudik di tengah ruangan dan adakalanya berdiri di pintu, sambil memandang pd langit yg suram. Dan aku? Aku tetap diam, mengamati gelombang yg mengetuk dlm jiwanya, mencoba memahami kata2nya, merenungkan hidupnya dan, di balik kehidupannya kenikmatan serta luka2 dari kesunyian. Tatkala paruh ke dua dari sang malam mencapai akhir, dia datang mendekatiku dan memandang wajahku untuk waktu yg lama. Seolah2 dia sedang mencoba memelihara ingatannya pd suatu gambaran manusia yg misteri kesendirian dan pengasingannya telah ia singkapkan. Lalu dgn lirih ia berkata, 'Sekarang aku akan pergi berjalan menembus badai. Itu adalah suatu kebiasaan yg memberiku kesenangan di musim gugur dan musim dingin... Di sini ada kopi dan rokok. Jika kau menginginkan anggur, Anda dapat menemukannya di dlm kendi. Jika kau ingin tidur, Anda dapat menemukan selimut dan bantal di sudut itu.'
Ketika dia menuturkan ini, dia mengambil sebuah jubah hitam yg berat dan tersenyum. 'Kuharap kau menutup pintu biara saat kau pergi pd pagi hari. Aku berencana menghabiskan siang esok harinya di hutan cadar.'
Ia melangkah menuju pintu dan membawa sebuah tongkat panjang yg selanjutnya bersandar pdnya. Dia berkata, 'Jika prahara mengejutkan engkau untuk kali kedua saat Anda berada di sekitar sini, jangan ragu2 untuk mencari perlindungan di biara ini. Tapi kuharap bahwa jiwamu akan mencintai prahara, jangan takut pdnya,.. Selamat malam, saudaraku.'
Ia berjalan ke luar dgn cepat memasuki malam. Ketika aku melangkah menuju pintu biara untuk melihat arah yg dia tempuh, kegelapan telah menelan dirinya. Selama beberapa menit aku tetap mendengar langkah2 kakinya di batu kerikil lembah itu.
Pagi telah tiba dan prahara telah berlalu. Awan berpencar dan gunung karang serta hutan nampak, diselimuti cahaya matahari. Kutinggalkan biara itu, sambil menutup pintu di belakangku. Di dlm jiwaku aku merasakan suatu kelemahan spiritual yg telah dibicarakan oleh Yusof el-Fakhri.
Sebelum aku kembali menuju tempat kediaman khayalak ramai, sebelum aku melihat gerakannya dan mendengar suara mrk, aku berhenti dan berkata dlm hatiku, 'Ya, kebangkitan spiritual cocok bagi manusia- lagipula, itulah tujuan manusia-tapi bukanlah peradaban, beserta kegelapan dan ambiguitasnya, adalah salah satu menyebabkan kesadaran spiritual? Aku heran bagaimana mungkin kami menolak sesuatu yg ada, kalau kenyataan sebenarnya adalah bukti keyakinan atas kebenarannya? Mungkin peradaban modern adalah suatu kebetulan yg melintas, tapi hukum abadi membuat kebetulan2 itu suatu tangga yg anak tangganya menuju ke substansi yg absolut.'
Aku tak pernah lagi berbicara dgn Yusof el-Fakhri, karena akhir dari kehidupan musim gugur itu telah menarikku jauh dari Lebanon utara. Aku pergi sebagai org pengasingan ke negeri2 yg jauh, yg praharanya begitu gelap. Tapi kehidupan pertapa di negeri itu adalah sejenis kegilaan.

PRAHARA 4

Dia berjalan hilir mudik di ruangan itu, sementara aku merenungi dirinya dan merenungkan kata2nya. Itulah yg menyebabkannya melukiskan lukisan umat manusia dgn garis2 yg begitu bengkok dan warna2 gelap. Aku menyelanya untuk bertanya,'Bagaimana mungkin aku menghargai gagasan dan maksud Anda,Tuan, atau menghormati kesendirian dan pengasinganmu, kalau aku tahu dan pengetahuan membawa dukacita bahwa melalui pembuangan dan pengasingan diri Anda ini bangsa yg sengsara telah kehilangan seorang manusia yg dikaruniai kemampuan membantu dan membangkitkannya?'
Seraya mengagukkan kepalanya, dia menjawab,'Bangsa ini tdk berbeda dibanding semua bangsa lain. Semua manusia memiliki hakikat yg sama. Mereka berbeda, satu dari yg lain, hanya pd permukaan dan dlm penampakan luarnya yg tak terkira banyaknya. Kesengsaraan bangsa2 Timur adalah kesengsaraan seluruh dunia. Tiada apapun di Barat yg dapat kau pertimbangkan unggul kecuali hanya pengejawantahan lain dari angan2 yg hampa. Kemunafikan tetaplah kemunafikan, walaupun kuku2nya dirawat. Korupsi tetaplah korupsi, walaupun sentuhannya lembut. Penipuan tdk menjelma menjadi kebenaran dgn mengenakan baju sutra dan hidup di istana,penipuan tdk menjadi kejujuran dgn menaiki kereta2nya atau naik ke langit dgn kapal udaranya. Ketamakan takkan menjadi kesenangan melalui pengukuran atau pertimbangan unsur2. Kejahatan takkan menjadi kebajikan dgn berjalan di antara pabrik dan laboraturium.
'kemudian di sana terdapat perbudakan2 kpd kehidupan, perbudakan kpd ajaran dan adat istiadat dan kebiasaan masyarakat kelas atas, perbudakan kpd kematian. Perbudakan akan tetap perbudakan walaupun wajahnya dicat dan pakaiannya diubah. Perbudakan akan tetap perbudakan walau dia menyebut dirinya kebebasan. Tidak, saudaraku, orang Barat tak lebih tinggi derajatnya daripada orang Timur. Mereka tdk jauh berbeda daripada serigala dgn hyena. Aku memperhatikan dirinya dan kulihat bahwa di balik perwujudan masyarakat manusia yg berubah2 ada keadilan hukum yg tunggal menebarkan penderitaan,kebutaan, dan kebodohan secara sama. Ia tdk melebihkan suatu bangsa ketimbang yg lain atau memperlakukan suatu kelompok secara tdk adil dan tdk terhadap yg lain.'
Dengan perasaan heran dan tercengang, aku berkata,'Jadi peradaban dan semua yg ada di dlmnya adalah kesia2an?'
Dgn gembira dia menjawaab' Ya, peradaban adalah kesia2an, dan semua yg ada di dlmnya adalah kesia2an. Apakah penciptaan dan penemuan ini kecuali sifat buruk yg dgnnya pikiran membingungkan dirinya sendiri pd saat bosan dan tak senang? Penaklukan jarak, pendakian gunung, penjelajahan lautan dan angkasa semuanya adalah buah2 palsu yg terbuat dari asap. Mereka tdk menyamankan mata,juga tdk memberi makan hati nurani,juga tdk memuliakan jiwa.Seperti untuk tebakan dan teka-teki yg mrk namakan 'ilmu pengetahuan' dan seni', mrk tak memiliki apapun kecuali belenggu emas dan rantai yg manusia seret,senang dlm kemegahannya dan gemerincing mata rantainya. Tidak, mereka adalah sangkar2 yg berjeruji dan jeruji manusia mulai ditempa di masa silam, sedikit mengetahui bahwa akhir dari usahanya akan menjadikan dirinya seorang pahlawan yg terpenjara di antara mrk.
'Ya, perbuatan manusia adalah kesia2an, dan kesia2an setiap tujuan,hasrat,keinginan,kegunaan, dan harapannya. Segala sesuatu di muka bumi adalah kesia2an.Diantara semua kesia2an kehidupan hanya satu yg pantas untuk jiwa,pantas untuk hasrat yg dikehendaki. Tiada apa pun di sana kecuali sesuatu yg tersendiri.'
Aku berkata,'Apakah itu,Tuan?'
Dia berdiri tenang sejenak, matanya terpejam,wajahnya berbinar dan bahagia. Dengan suara yg manis dan bergetar dia berkata,'Itulah kelemahan jiwa. Itulah kelemahan di relung2 jiwa. Itulah pikiran yg membawa kegembiraan luar biasa secara tiba2 pd saat tdk memperhatikan, menjernihkan penghayatan seseorang agar org melihat kehidupan yg dikelilingi oleh nyanyian, dilingkupi oleh lingkaran cahaya,menjulang bagai menara cahaya diantara bumi dan ketakterhinggaan. Itulah salah satu pelita dari hakikat paling dlm eksistensi yg pecah secara mendadak menjadi lidah api di dlm jiwa dan membakar sekam,mengambang, melayang2 di langit luas. Itulah kasih sayang yg turun ke dalam hati seseorang: dia bangkit, mengherankan, dan menolak semua yg bertentangan dgnnya, membenci semua yg gagal menyesuaikan diri, memberontak melawan siapapun yg memahami misterinya. Ia adalah tangan rahasia yg menyingkapkan tabir dari hadapan mataku pd suatu saat ketika aku berada di rombongan keluarga,sahahat, dan saudara2 setanah air: aku bangkit, bingung dan tercengang, berkata pd diri sendiri,'Siapakah empunya wajah ini, dan siapa org2 yg memandangku ini? Bagaimana mrk mengenalku? Di manakah aku bersua dgnnya? Mengapa aku berada di antara mrk? Mengapa aku duduk di tengah mrk dan berbicara dgnnya? Apakah aku org asing di rumah tinggal yg dibangun untukku, dan yg kunci kehidupannya dipercayakan kpdku?'
Tiba2 dia terdiam, seolah mengingat bentuk2 yg tergambar dan bentuk2 dlm ingatannya yg tdk ingin ia singkapkan. Lalu dia merentangkan tangannya dan berbisik, 'Ini terjadi pdku empat tahun lalu. Kutinggalkan dunia dan mendatangi tanah kosong ini untuk hidup dlm kebangkitan, mengambil kenikmatan2ku dari pikiran,cinta,dan keheningan.'
Dia berjalan menuju pintu biara dan memandang ke lubuk malam, lalu dia memekik seolah dia berbicara pd prahara,' Itu adalah kebangkitan di kedalaman jiwa, dan barang siapa yg menyadarinya tak mampu mengungkapkannya dgn berbicara. Barangsiapa yg tdk memahaminya, dia tdk memahami misteri2nya. bersambung