Wednesday, March 3, 2010

Perjalanan Sang Guru Menuju Venice 3

'Di sini adalah takdirmu.' Pelan2 aku menaiki tangga menuju rumah itu, diikuti olei tukang gondola yg membawa barang2ku. Ketika aku mencapai pintu gerbang, aku membayarnya dan membiarkannya pergi sambil mengucapkan terima kasih.
'Aku mengetuk, dan pintu terbuka. Aku masuk dgn disambut salam ratapan dan tangisan. Aku terkejut dan heran. Seorang pelayan tua datang mendekatiku, dan dg suara sedih menanyakan apa keinginanku.'Apakah ini rumah walikota?' aku menyelidik. Dia membungkuk dan mengangguk, kemudian aku menyerahkan surat tugas yg diberikan kpdku oleh Gubernur Lebanon. Dia mengamati surat itu dan berjalan dg serius menuju ruang tamu.
'Aku berpaling pd pelayan muda dan menanyakan sebab dukacitanya yg meliputi seluruh ruangan itu. Dia mengatakan bahwa anak perempuan Walikota meninggal dunia pd hari itu, dan dialah yg menutup wajah putri itu kemudian menangis sejadi2nya.
'Bayangkanlah perasaan seorang yg menyebrangi lautan, sepanjang waktu ia menunggu antara harapan dan keputusasaan, dan di akhir perjalanannya ia berdiri di gerbang rumah yg didiami oleh hantu2 ratapan dan dukacita yg kejam. Bayangkanlah perasaan seorang asing yg mencari hiburan dan keramahtamahan di satu rumah, namun ia hanya disambut oleh2 sayap2 Kematian.
'Segera pelayan tua itu kembali, dan membungkuk, kemudian berkata, 'Walikota menunggu Anda'.
'Dia mengantarku menuju pintu di ujung koridor yg paling tinggi, kemudian memberi isyarat kpdku untuk masuk. Di ruang tamu aku bertemu sekelompok pendeta dan para pejabat lainnya, semuanya tenggelam dlm kebisuan yg dlm. Di tengah ruangan, aku disambut oleh lelaki tua berjanggut putih panjang, yg menyalamiku dan berkata.. Kesedihan kami telah menyambutmu, yg dtg dari pulau seberang, di hari kami kehilangan anak perempuan kami yg tercinta. Walaupun aku percaya bahwa rasa kehilangan ini tidak akan mengganggu misimu, namun aku akan melaksanakan tugas itu sekuat tenagaku.'
'Aku mengucapkan terima kasih untuk keramahannya dan menunjukkan dukacita dalam lubuk hatiku yg terdalam. Kemudian dia mempersilahkan duduk, aku menikmati istirahat dlm keheningan.
'Seperti halnya aku melihat wajah2 sedih orang2 berkabung, dan mendengarkan keluh kesah mrk yg penuh kesakitan, aku merasakan hatiku tertutup oleh kesedihan dan kesengsaraan.
'Segera satu per satu dari org2 yg berkabung meninggalkan tempat itu, sehingga yg tinggal hanya aku dan ayah yg dilanda kesedihan itu. Ketika aku akan beranjak, dia menarikku, dan mengatakan,'Kumohon pdmu, temanku, jangan pergi. Jadilah tamu kami, semoga kamu dapat bersabar bersama kami dalam kesedihan.'
'Kata2nya menyentuh relung hatiku, aku menyetujuinya tanpa protes, dan dia melanjutkan,'Orang Lebanon adalah org paling terbuka untuk menerima org asing di negerinya. Kami benar2 hrs melalaikan tugas kami krn kami telah berbuat kurang baik dan sopan terhadap tamu kami dari Lebanon.'Dia membunyikan bel, dan pembantu rumah tangganya muncul menjawab panggilan itu, dgn memakai seragam yg sangat bagus.
'Tunjukkan tamu kita ini ke kamarnya di sebelah timur, dia berkata, dan jaga dia baik2 selama dia bersama kita.
'Pelayan itu mengantarku ke kamar yg sangat luas dan mewah yg ditunjuk tadi. Segera setelah itu ia pergi, aku merebahkan diriku di atas dipan, dan mulai memikirkan keadaanku di negeri asing ini. Aku mengingat kembali jam pertama yg tlh kuhabiskan di sini, di tempat yg sangat jauh dari tanah kelahiranku.
'Dalam beberapa menit, pelayan kembali, sambil membawakan makan malamku di atas sebuah nampan emas. Setelah selesai makan, aku mulai mengelilingi ruangan, kemudian berhenti di muka jendela untuk melihat langit Venice, dan mendengar suara gondola dan alunan ritmik bunyi dayung. Lama sebelum aku mengantuk, dan merebahkan tubuhku di atas tempat tidur, aku membiarkan diriku melupakan semua kejadian, sehingga aku benar2 terlena dlm tidur dan ketenangan yg meletihkan.
'Aku tidak tahu berapa jam aku menghabiskan waktu di negeri ini, krn banyak wilayah luas kehidupan yg dilintasi jiwa,dan kita tdk bisa mengukurnya dg waktu, hasil ciptaan manusia. Yg aku rasakan kemudian hanyalah keadaan yg buruk di mana kutemukan diriku.
'Tiba2 aku sadar sebuah petir menyambar di atasku, beberapa ruh yg sangat halus memanggilku, tetapi tanpa ada tanda yg bisa dirasakan. Aku berdiri,dan berjalan menuju sebuah ruangan, seolah2 didorong oleh kekuatan ilahi. Aku berjalan, tanpa kukehendaki, seolah dlm mimpi, sambil merasakan seakan aku tengah melakukan perjalanan di dunia yg ada di balik ruang dan waktu.
'Ketika aku mencapai ujung sebuah ruangan besar, aku langsung membuka pintu dan mendapatkan diriku berada dlm sebuah kamar yg luas. Aku berdiri di tengahnya dikelilingi lilin2 yg berkelap kelip dan karangan bunga putih. Aku menunduk di sisi keranda mayat dan memandang almarhumah. Di hadapanku, diselubungi oleh kematian,adalah wajah kekasihku, teman hidupku. Dia adalah wanita yg kupuja, skr dingin dlm kematian, dibungkus kain kafan putih,dikelilingi bunga2 putih, dan dijaga oleh kebisuan masa.
'Oh Tuhan Kasih sayang, Kehidupan, dan Kematian! Engkau tlh menciptakan jiwa2 kami.Engkaulah pembimbing ruh2 kami menuju cahaya dan kegelapan. Engkaulah penenang hati kami dan membuat hati kami berharap dan bersedih. Sekarang Engkau menunjukkan pdku teman masa mudaku berada dlm kedinginan ini dan bentuk yg tanpa kehidupan.
'Tuhan, Engkau tlh melemparku dari tanah kelahiranku dan menempatkanku di tanah yg lain, dan menyingkapkan pdku kekuatan Kematian yg melampaui Kehidupan, dan Kesedihan yg melampaui Kesenangan. , .bersambung

No comments:

Post a Comment