Tuesday, March 2, 2010

PERJALANAN SANG GURU MENUJU VENICE 2 Gubernur Lebanon mengutusku ke Venice untuk sebuah misi ilmiyah, dgn sebuah surat rekomendasi untuk seorang wali kota, yg tlh ia temui di Konstantinopel. Aku meninggalkan Lebanon dg sebuah kapal Italia di bulan Nisan. Udara musim semi menyebarkan bau semerbak ,dan awan putih tergantung di atas cakrawala laksana lukisan2 yg sangat indah. Bagaimana hrs kugambarkan pdmu tentang kegembiraan yg kurasakan selama perjalanan itu? Kata2 tdk akan cukup untuk menjelaskan perasaan terdalam dlm hati manusia. 'Tahun2 yg kulalui bersama kekasih hanya terisi dg kesenangan,kebahagiaan,dan kedamaian. Aku tdk pernah menduga bahwa kesakitan menungguku, atau kepahitan itu bersembunyi di dasar cangkir kesenanganku. 'Saat perjalanan membosankan dari bukit2 dan lembah2 tempat asalku menuju pantai, kekasihku duduk di sisiku. Dia selalu bersamaku selama tiga hari penuh kesenangan yg kulalui di Beirut, menjelajahi kota dgnku, ikut berhenti di mana aku berhenti, dan dia tersenyum ketika seorang teman menyapaku. 'Ketika aku duduk di balkon penginapan, sambil melihat2 kota, dia bersamaku dalam lamunan2ku. 'Tetapi ketika aku naik kapal, perubahan besar telah menyapuku. Aku merasa tangan aneh mencengkeramku dan mendorongku ke belakang dan aku mendengar sebuah suara dlm diriku berbisik,'Kembalilah!Jangan pergi! Kembalilah ke pantai sebelum kapal mulai berlayar!' 'Aku tdk mengacuhkan suara itu.Namun kemudian ketika kapal berlayar, aku merasa seperti seekor burung kecil yg tiba2 terhempas di antara cakar2 elang dan dibawa terbang tinggi ke langit. 'Di malam hari, seperti pegunungan dan perbukitan Lebanon tenggelam di cakrawala, aku menemukan diriku di haluan kapal. Aku memandang berkeliling mencari wanita impianku, wanita yg amat kucintai, pasangan hari2ku, tetapi dia tdk lagi di sisiku. Perawan ayu yg wajahnya kulihat setiap kali aku menatap langit, yg suaranya kudengar dlm keheningan malam, yg tangannya kugenggam setiap kali kuberjalan di jalan2 kota Beirut -kini tidak lagi bersamaku. 'Untuk pertama kalinya dlm hidupku aku menemukan diriku sendiri di sebuah perahu yg berlayar di samudra nan dalam. Aku naik ke dek, sambil memanggil dia dalam hatiku, sambil menatap gelombang laut dg harapan dpt melihat wajahnya. Tetapi semuanya sia2. Di tengah malam, ketika semua penumpang yg lain tlh terlelap, aku kembali ke dek, dgn perasaan susah dan bingung. 'Tiba-tiba aku memandang ke atas, dan melihatnya, kekasih hidupku, berada di atasku, dalam jarak yg dekat dg haluan kapal. Aku melompat kegirangan, membentangkan tanganku, dan berteriak, 'Mengapa kamu meninggalkanku, kekasihku! Ke mana kamu pergi? Di mana kamu berada? Mendekatlah pdku sekarang, dan jangan pernah lagi meninggalkanku!' 'Dia tdk bergerak. Di wajahnya kulihat tanda2 kesedihan dan kesakitan, sesuatu yg tak pernah kulihat sebelumnya. Sambil berbicara lembut dg nada sedih, dia berkata, 'Aku datang dari kedalaman samudra untuk melihatmu sekali lagi, sekarang turunlah ke kabin,lalu tidurlah dan bermimpilah.' 'Setelah mengucapkan kata2 itu, dia menyatu dg awan gemawan, dan menghilang. Seperti seorang anak kecil yg lapar, aku memanggilnya dg penuh kekalutan. Aku membentangkan tanganku ke segala penjuru, tetapi yg tampak hanya udara malam, diwarnai dg tetesan embun. 'Aku turun menuju tempat tidurku, merasakan berkurangnya elemen2 gerakan dlm diriku. Seolah2 aku berada dlm kapal yg lain sama sekali, berada di tengah lautan. 'Sungguh aneh, secepat aku menyentuh bantalku, seperti itu pula aku tertidur. 'Aku bermimpi. Dlm mimpiku aku melihat sebuah pohon apel yg berbentuk spt salib, dan di atasnya seolah2 kekasih jiwaku tergantung dlm keadaan tersalib. Darah menetes dari kaki dan tangannya dan jatuh menimpa bunga2 pohon itu. 'Kapal terus berlayar, siang dan malam, tetapi aku seolah hilang dlm keadaan trance, tdk mengerti apakah aku seorang manusia yg tengah berlayar melewati musim atau hantu yg melintasi langit berawan. Sia-sia aku memohon pertolongan untuk bisa mendengar suaranya, atau menatap sorot matanya atau jemarinya yg lembut menyentuh bibirku. 'Empat belas hari tlh berlalu dan masih sendiri. Pada hari kelima belas, di sore hari, kami melihat bendera Italia di jarak tertentu, dan pd petang harinya kami telah memasuki pelabuhan. Sekelompok orang dg gembira menghiasi gondola, menyambut kapal dan membawa para penumpang ke kota. 'Kota Venice terletak di sebuah pulau yg sangat kecil, yg dekat dgn lainnya. Jalan2nya berupa kanal dan sejumlah penginapan dan tempat tinggal dibangun di atas air. Gondola merupakan salah satu alat transportasi. 'Tukang gondola-ku menanyakan ke mana tujuanku, dan ketika kukatakan ke rumah Walikota Venice, dia melihatku dg kagum. Ketika kami melewati kanal, malam telah menebarkan jubah hitamnya di seluruh kota. Cahaya yg memancar dari jendela2 penginapan dan gereja yg terbuka, pantulannya di air memberikan keindahan kota reperti dlm puisi impian, sangat menarik dan mempesona. 'Ketika gondola mencapai persimpangan dua kanal, tiba2 aku mendengar dentangan yg amat memilukan dari suara lonceng gereja. Walaupun aku berada dlm kondisi trance spiritual, dan jauh berada di awang2, suara itu mampu menembus kalbuku dan membangkitkan kesedihan jiwaku. 'Gondola sampai di dermaga, dan ditambatkan di kaki tangga pualam yg menuju jalan beraspal. Tukang gondola menunjukkan rumah yg sangat indah, berada di sebuah taman, kemudian dia berkata: Di sini adalah takdirmu.' Pelan2 aku menaiki tangga menuju rumah itu, dan diikuti oleh tukang gondola yg - bersambung

No comments:

Post a Comment