Wednesday, March 3, 2010

Perjalanan Sang Guru Menuju Venice 4

Engkau telah menanam bunga bakung putih di padang hatiku yg hancur, dan telah memindahkanku ke lembah yg jauh dan menunjukkan bahwa aku adalah seorang yg lemah.
'Wahai teman2 kesunyian dan pembuanganku: Tuhan telah menghendaki aku minum cangkir pahit kehidupan. KehendakNya kupenuhi. Kita bukanlah apa2, kita hanyalah atom2 yg lemah dlm surga yg terbatas, dan kita hanya bisa berbakti dan
Pasrah pd kehendak Tuhan.
'Jika mencintai, cinta kita bukanlah dari kita, atau bukan untuk kita. jika kita bergembira, kegembiraan kita tdk ada dalam diri kita, tetapi dalam kehidupan itu sendiri. Jika kita berduka, sakit kita tdk berada dlm luka kita, tetapi di dalam jantung Alam.
'Aku tidak mengeluh, sebagaimana aku ceritakan kisah ini: untuk mereka yg meragukan Kehidupan, dan aku adalah org yg beriman kuat. Aku percaya pd arti sebuah kepahitan yg ada dlm setiap obat yg aku minum dari cangkir Kehidupan. Aku percaya pd keindahan dukacita yg menembus hatilu. Aku percaya pd kasih sayang abadi dari jari2 yg mencengkeram jiwaku.
'Inilah ceritaku. Bagaimana aku bisa mengakhirinya, sementara dlm kebenaran ia tdk memiliki akhir?.
'Aku terus berlutut di depan peti jenazah itu, tenggelam dlm kebisuan, dan aku memandang wajah bidadari itu sampai fajar tiba. Kemudian aku berdiri dan kembali ke kamarku, menunduk di bawah berat Keabadian, yg ditopang oleh luka kemanusiaan yg penuh penderitaan.
'Tiga minggu kemudian aku meninggalkan Venice dan kembali ke Lebanon. Ini setelah aku menghabiskan waktu beribu2 tahun dlm kedalaman masa lalu yg luas dan bisu.
'Tetapi bayangan itu tetap ada. Walaupun aku telah mengetahui bahwa dia telah mati, dalam jiwaku dia tetap hidup. Dalam bimbingannya aku bekerja dan belajar. Pekerjaan itu, engkau, muridku, mengetahuinya dgn baik.
'Pengetahuan dan kebijaksanaan yg kuperoleh aku perjuangkan untuk membawa rakyatku dan para pemimpin mereka. Aku bawa ke Al-Haris, Gubernur Lebanon, dg jeritan org2 tertindas, yg tlh dicengkeram di bawah ketidakadilan dan kejahatan negaranya dan para pemimpin Gereja.
'Aku menghiburnya untuk mengikuti jalan para pendahulunya dan menghadapi pekerjaan2 seperti yg mrk lakukan, dgn pengampunan, amal, dan pemahaman. Aku katakan pdnya, Rakyat adalah kesucian dari kerajaan kita dan sumber dari kemakmuran. Dan aku katakan lebih lanjut, Ada empat hal yg membuat pemerintah terbuang dari dunianya: Kemurkaan, Ketamakan,Kesalahan, dan Kekerasan.
'Karena mengajarkan hal ini dan hal2 lain aku telah dihukum, dibuang ke pengasingan, dan dikucilkan oleh Gereja.
'Maka datanglah malam ketika Al-Haris, yg sedang susah hatinya,tdk bisa tidur. Sambil berdiri menghadap jendela, dia merenungkan cakrawala. Begitu mengagumkan!Begitu banyak tubuh2 surgawi yg hilang dlm keabadian! Siapakah yg menggerakkan bintang2 ini dlm garis edarnya? Apakah hubungan antara planet2 yg jauh itu dgn kita?Siapakah saya dan mengapa saya ada di sini?Semuanya Al-Haris tanyakan pd dirinya sendiri.
'Kemudian dia ingatkan telah membuangku dan menyesali cara2 kekerasan yg pernah dia lakukan pdku. Sekali dia datang kpdku,sambil memohon dgn amat akan pengampunanku. Dia menghormatiku dgn jubah resmi dan menyatakan diriku di depan semua org sebagai penasehatnya, sambil menaruh sebuah kunci emas di tanganku.
'Selama masa pembuanganku aku tdk menyesali apapun. Dia yg mencari kebenaran dan menyatakan pd umat manusia dibatasi oleh penderitaan. Penderitaanku telah memberi pelajaran pdku untuk memahami penderitaan umatku,penyiksaan atau pembuangan tdk membuat pandanganku picik.
'Dan sekarang atau lelah....'
'Setelah menyelesaikan ceritanya,Sang Guru menyuruh Sang Murit pergi. Murit itu bernama Almuhtada,yg berarti,'yg memperoleh petunjuk', dan pergi ke tempat pengasingannya untuk mengistirahatkan tubuh dan jiwanya dari kepenatan kenangan-kenangan masa lalu.

No comments:

Post a Comment